Amerika Serikat menegaskan akan turut ambil bagian dalam membela Israel, jika Iran menyerang negara Yahudi tersebut. Seorang pejabat senior AS, mengatakan, Iran bakalan mendapatkan akibat yang signifikan jika jadi menyerang Israel. Iran bersama para sekutunya mengancam segera menyerang Israel. Jika serangan Iran terjadi, maka hal ini mengancam harapan gencatan senjata dalam konflik Gaza. Washington memperingatkan warga Iran bahwa jika mereka melancarkan serangan, respons Israel dapat memberikan pukulan telak bagi ekonomi Iran.
Sementara meski terus mengancam akan menyerang Israel, Iran disebut sedang menunggu sidang Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang digelar di Jeddah, Arab Saudi. Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri-Kani, diketahui hadir dalam pertemuan luar biasa Komite Eksekutif Menteri Luar Negeri OKI. Pertemuan tersebut membahas dampak pembunuhan Haniyeh di Teheran pada 31 Juli 2024 lalu. Kani meminta negara-negara Muslim untuk mendukung hak Iran dalam membela diri terhadap insiden Haniyeh yang disebutnya sebagai “tindakan agresi”.
Arab Saudi mendukung posisi Iran, mengatakan pembunuhan Haniyeh merupakan “pelanggaran terang-terangan” terhadap kedaulatan Iran. Iran diketahui menyalahkan AS dan Israel atas tewasnya Haniyeh, serta bersumpah untuk “membalas dendam”. Namun, penundaan serangan balas dendam Iran memunculkan pertanyaan. Pejabat Gedung Putih pada Selasa (6/8/2024), mengatakan yakin pada upaya Joe Biden untuk mencegah perang di Timur Tengah “mungkin membuahkan hasil” dan “Iran mungkin mempertimbangkan kembali rencana balas dendamnya”, menurut Washington Post.