Arus Keluar Modal Asing Diperkirakan Berlanjut

Perang Rusia-Ukraina diperkirakan masih menekan pasar keuangan domestik dan membuat aliran keluar modal asing (capital outflow) berlanjut. Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance, Eisha M. Rachbini, menuturkan investor berpotensi meninggalkan Indonesia dan jajaran negara berkembang lainnya karena kembali memborong aset-aset aman di negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat. Terlebih jika bank sentral AS menaikkan tingkat suku bunga karena inflasi yang tinggi akibat commodity shock, dampaknya adalah nilai tukar (rupiah) akan terdepresiasi dan berpotensi terjadi capital outflow.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia, pada pekan terakhir Februari 2022, aliran dana asing yang pergi mencapai Rp 4,89 triliun. Dana keluar tersebut terutama berasal dari pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 8,23 triliun. Sedangkan di pasar saham masih terjadi aliran masuk modal asing sebesar Rp 3,33 triliun. Di sisi lain, premi risiko atau credit default swap (CDS) Indonesia naik ke level 104,63 per 24 Februari dari sebelumnya 97,58 pada 18 Februari 2022. Semakin besar skor CDS, semakin tinggi pula risiko berinvestasi di SBN. Sebaliknya, semakin rendah skor CDS, semakin kecil pula risiko investasinya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, tidak menyangkal jika peningkatan tensi geopolitik akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan. Investor, akan beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman. Sentimen negatif dari eksternal ini diharapkan dapat diimbangi dengan sentimen positif dari dalam negeri dalam bentuk pandemi yang terkendali, pemulihan ekonomi yang terus berjalan, dan kredibilitas kebijakan yang kuat.

Search