Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas memasang target penurunan biaya logistik nasional terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 12% dalam 5 tahun ke depan. Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia A. Widyasanti mengatakan biaya logistik nasional terhadap PDB masih di angka 14,3% pada 2022. Sementara, persaingan sektor logistik antarnegara semakin ketat, sehingga efisiensi dan peningkatan kinerja logistik perlu dipercepat. “Di tahun 2029 nanti, biaya logistik terhadap PDB kita turunkan menjadi 12% targetnya. Ini target untuk 5 tahun kedepan,” kata Amalia dalam agenda Bisnis Indonesia Shipping & Logistics Forum 2024, Selasa (30/4/2024).
Bahkan, pemerintah juga menargetkan PDB biaya logistik turun hingga 8% pada 2045. Adapun, penghitungan komponen biaya logistik tersebut diperoleh dari biaya transportasi, biaya pergudangan, biaya inventory, dan biaya administrasi. Di samping itu, dia mengungkap perkembangan skor Logistic Performance Index (LPI) Indonesia pada tahun 2023 yang berada di level 3,0 turun dari skor LPI pda 2018 di angka 3,15.
Terdapat sejumlah isu strategis pada ekosisitem logistik di Indonesia yaitu jaringan pelayaran yang belum efisien secara kalabilitas, pusat ekonomi dan jaringan logistik utama belum terintegrasi, cargo & trade imbalance antar wialayah. Selain itu masih ada ketidakoptimalan proses konsolidasi dan dekonsolidasi muatan, belum meratanya hilirisasi antar wilayah sehingga biaya logistik dalam proses industri tidak efisien, belum meratanya cakupan kualitas logistik, dan belum optimalnya adopsi teknologi dan digitalisasi logistik. Oleh karena itu, dalam dalam visi Indonesia Emas 2045 disebutkan sebagai negara kepulauan, penting untuk Indonesia mengoptimalkan logistik kelautan dan menggenjot potensi laut untuk modal pembangunan masa depan. Bappenas telah membuay ekonomi biru atau economy blue roadmap yang akan menjadi mesin baru penggerak ekonomi di masa depan. Peta jalan pengembangannya telah dibuat.