Penjualan sepeda motor mengalami penurunan 4,87% pada kuartal I/2024 seiring dengan inflasi pangan yang belum terkendali, hingga tingginya tingkat suku bunga dari Bank Indonesia atau BI. Asosiasi berharap harga pangan lekas stabil. Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan penjualan motor domestik mencapai 1,73 juta (1.735.090) pada Januari-Maret 2024, turun 4,87% dari 1,82 juta (1.824.073) unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, mengatakan inflasi pangan yang cukup tinggi memiliki andil dalam daya beli konsumen terhadap sepeda motor. Tren suku bunga yang disebut belum menunjukkan tanda-tanda pemangkasan juga menjadi faktor tersendiri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi harga bergejolak (volatile food) pada mencapai 10,33% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Maret 2024. Inflasi harga bergejolak tertinggi sebelumnya tercatat pada Juli 2022 sebesar 11,47%. Artinya, tingkat inflasi harga bergejolak pada Maret 2024 merupakan yang tertinggi dalam 20 bulan terakhir. Menurutnya, penjualan sepeda motor bisa kembali menunjukkan tajinya apabila pemerintah mampu menstabilkan inflasi pangan, hingga menjaga nilai tukar rupiah yang saat ini sudah di atas level Rp16.200.
“[Pemerintah perlu] menstabilkan harga pangan supaya daya beli konsumen sepeda motor normal kembali. Selain itu, juga menstabilkan kurs mata uang, agar impor pangan lebih terjangkau ya,” katanya kepada Bisnis, Minggu (21/4/2024). Penjualan sepeda motor domestik masih didominasi oleh scooter atau motor matik dengan kontribusi 90,50% pada Januari-Maret 2024. Kemudian segmen underbone atau motor bebek dan sport masing-masing berkontribusi 4,73%, dan 4,77%. Kinerja ekspor juga tidak jauh berbeda dengan penjualan domestik yang lesu. Tercatat ekspor pada Januari-Maret 2024 mencapai 117.205 unit, turun 3,81% dari 121.858 unit secara year-on-year (YoY).