Kurs rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut berdampak terhadap industri plastik Tanah Air. Dampak yang dirasakan khususnya adalah kenaikan harga bahan baku yang masih harus dipasok secara impor. Direktur Pengembangan Bisnis Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Budi Susanto Sadiman menyebutkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan berpengaruh terhadap meningkatnya harga bahan baku. Dengan kenaikan harga bahan baku tersebut dapat mengakibatkan harga produk plastik juga turut mengalami peningkatan harga. Yang berat adalah industrial petrokimia Hulu karena juga terpengaruh meningkatnya harga minyak mentah sehingga marginnya akan tergerus.
Terkait dengan harga produk plastik, sebenarnya sudah mengalami kenaikan sekitar 20% sejak bulan Ramadan akibat adanya kenaikan demand atau daya beli masyarakat menjelang hari raya Lebaran. Biasanya, harga jual akan kembali normal dua minggu setelah lebaran. Di sisi lain, kenaikan harga jual juga didorong oleh beberapa faktor lainnya. Seperti kenaikan harga bahan baku, harga minyak bumi yang melonjak, dan tentunya faktor nilai tukar rupiah terhadap dolar. Inaplas menilai, untuk membuat harga produk plastik ini kembali normal ditentukan oleh persaingan atau kompetisi di penjualan produk atau keseimbangan suplai demand. Maka dari itu, untuk mengantisipasi kondisi ke depan, Inaplas pun berupaya menggerakan hampir seluruh sektor perdagangan terutama retail, untuk menjaga daya beli masyarakat.