Serangan Iran ke wilayah Israel pada akhir pekan lalu menandai makin meluasnya krisis geopolitik di Timur Tengah, dari sebelumnya hanya konflik Israel-Palestina, kini meluas antara Israel dan Iran. Serangan Iran ke Israel sendiri merupakan balasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, awal April lalu. Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, memperkirakan aksi saling serang Iran dan Israel bakal berdampak secara ekonomi dan politik dalam negeri. “Serangan ini terjadi di wilayah jalur perdagangan dunia. Jantung ekonomi global pasti akan terganggu,” kata Ngasiman, Senin (15/4).
Apabila wilayah Terusan Suez terganggu, katanya, maka distribusi komoditas energi dan pangan dunia juga terganggu, misalnya minyak bumi, gandum, dan pasokan global bahan pangan lainnya. “Penguatan kurs dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah saat ini, baru indikasi awalnya. Kita siap-siap untuk menghadapi dampak berikutnya seperti harga minyak naik, sejumlah harga pangan berbasis gandum bakal naik, dan seterusnya. APBN kita harus dipersiapkan secara layak untuk menyesuaikan dengan situasi ini,” katanya. Selain dampak ekonomi, konstelasi politik global juga semakin memanas.
Kalau tidak ada upaya serius dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maka konflik Israel-Iran akan menjadi perang proksi. Dalam hal ini, aktor negara di balik kedua belah pihak akan terkonsolidasi. “Blok Barat yang direpresentasikan oleh Israel bakal terkonsolidasi melawan kekuatan Blok Timur yang direpresentasikan oleh Iran,” katanya. Dia juga mengingatkan konflik tersebut membawa dampak secara politik di dalam negeri yang dapat meningkatkan eskalasi perang opini di media sosial.