Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dijadwalkan berkunjung ke Jepang pada hari ini, Selasa, (2/4/2024). Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan Prabowo akan berada di Jepang selama dua hari. Menurut Yoshimasa, Prabowo nantinya akan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. “Indonesia adalah rekan strategis komprehensif (Jepang) yang memiliki prinsip dan nilai-nilai yang sama, dan secara historis berhubungan (dengan Jepang) dalam banyak bidang, seperti politik, ekonomi, dan kebudayaan,” kata Yoshimasa saat konferensi pers dikutip dari Nippon. Yoshimasa berharap kunjungan Prabowo itu bisa menguatkan hubungan Jepang-Indonesia.
Prabowo juga disebut akan bertemu dengan Menteri Pertahanan Minoru Kihara. Kunjungan Prabowo ke Jepang menandakan bahwa dia ingin meneruskan strategi “jalan tengah” yang diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rivalitas Amerika Serikat (AS)-Tiongkok. Adapun pada tahun 2021 silam Prabowo dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah menandatangani kesepakatan untuk memfasilitasi transfer alat pertahanan ketika mengikuti rapat bersama dengan para pejabat Jepang. Strait Times melaporkan bahwa Jepang ingin memperluas kerja sama militer dan ekonomi dengan negara-negara Asia Tenggara guna membendung Tiongkok. Pada bulan Desember lalu Jepang dan Indonesia juga sepakat untuk menghilangkan lebih banyak pembatasan perdagangan.
Prabowo berkunjung ke Tiongkok pada hari Senin pekan ini sebelum melawat ke Jepang. Dalam kunjungan itu Prabowo bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Ibu Kota Beijing. Xi mengucapkan selamat kepada Prabowo atas kemenangannya dalam pilpres di Indonesia. Tiongkok juga ingin membuat kontribusi positif dalam perdamaian regional dan internasional. Di samping itu, Tiongkok ingin menguatkan kerja sama maritim dengan Indonesia dan membantu Indonesia dalam mengatasi kemiskinan. Menurut Xi, Indonesia dan adalah perwakilan pasar baru. Kedua negara itu harus saling membantu demi mengamankan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan. Tiongkok diduga ingin menguatkan pengaruhnya di Asia Tenggara dengan memperlihatkan sikapnya yang menganggap penting hubungan Tiongkok-Indonesia.