Ribuan dokter peserta pelatihan di rumah sakit terbesar Korea Selatan bergabung dalam aksi mogok kerja pada Rabu (21/2/2024). Mereka memprotes rencana penerimaan lebih banyak pelajar ke sekolah kedokteran sehingga mengganggu perawatan sejumlah pasien, kata otoritas kesehatan. Pemerintah ingin meningkatkan penerimaan sekolah kedokteran dari 3.000, menjadi 5.000 pada tahun ajaran 2025, dan kemudian menambah 10.000 lagi pada tahun 2035.
Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan salah satunya layanan kesehatan di daerah terpencil. Namun, para dokter dan mahasiswa kedokteran yang ikut dalam protes mengatakan bahwa Korea Selatan telah memiliki cukup dokter. Pihak berwenang juga harus terlebih dahulu meningkatkan gaji dan kondisi kerja, terutama bagi para spesialis di bidang yang menuntut seperti anak-anak dan pengobatan darurat, sebelum merekrut lebih banyak mahasiswa. Kementerian Kesehatan mengatakan sejauh ini sekitar 7.813 dokter telah meninggalkan pekerjaannya, yang bertentangan dengan perintah pemerintah agar mereka tetap bekerja. Dokter mengatakan perintah tersebut tidak konstitusional.
Karena pemogokan tersebut, banyak ruang gawat darurat rumah sakit kini penuh sesak. Lima rumah sakit besar di Seoul membatalkan sepertiga hingga setengah dari jadwal operasi. Sekitar 76 persen warga Korea Selatan mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran di tengah kekhawatiran akan kekurangan staf di bagian pediatri, unit gawat darurat, dan klinik di luar wilayah Seoul. Populasi Korea Selatan yang berjumlah 52 juta jiwa memiliki 2,6 dokter per 1.000 orang pada tahun 2022, jauh di bawah rata-rata negara-negara Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yaitu 3,7.