Sektor manufaktur disebut masih bisa mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi apabila kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT), dan impor ilegal bisa ditangani dengan baik. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan program HGBT yang tidak optimal, serta maraknya produk barang impor ilegal menciptakan opportunity lost bagi industri manufaktur. Indikator manufaktur tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis oleh Kemenperin, dan Purchasing Manager’s Index atau PMI manufaktur S&P Global pada Januari 2024. Kedua indikator ini tercatat mengalami pertumbuhan pada Januari 2024 dengan IKI meningkat 1,03 poin menjadi 51,32, dan PMI Manufaktur 0,7 poin ke 52,9.
IKI tercatat tidak pernah di bawah level 50 dan konsisten ekspansif sejak dirilis pada November 2022, sedangkan PMI Manufaktur masih di level ekspansif selama 29 bulan beruntun. Meski demikian, capaian tersebut dinilai bisa lebih tinggi lagi bahkan sampai level 55 apabila HGBT lancar, dan impor ilegal dapat ditangani. “Kalau dua program itu saja berjalan dengan baik, saya kira PMI Manufaktur dan IKI akan konsisten di atas 55 poin. Ini saja sudah baik, tinggi dan konsisten, apalagi kalau program yang saya sampaikan tadi jalan baik,” ujarnya di kantor Kemenperin, Jakarta pada Kamis (1/2/2024).
HBGT disebut tidak optimal lantaran beberapa industri membeli harga di atas US$6/MMBtu sehingga menurunkan daya saing produk dari sektor manufaktur. Sementara impor ilegal marak terjadi karena adanya penyelundupan yang dilakukan melalui pelabuhan ilegal mulai dari istilah “tikus” hingga besar. Sebanyak 1.600 bal lebih pakaian bekas hasil impor ilegal dari Malaysia sempat diamankan di pesisir timur Sumatra pada Oktober 2023. Bea Cukai bahkan sempat menyebut ada ribuan “pelabuhan tikus” yang tersebar dan menjadi hub penyelundupan barang impor ilegal. Hal ini banyak terjadi di wilayah perbatasan negara.