Harga Beras Masih Terus Naik di 28 Provinsi

Sekalipun sudah mengimpor berbagai komoditas bahan pokok seperti beras, namun hingga awal tahun 2024, pemerintah dinilai belum mampu mengendalikan kenaikan harga pangan. Hal itu terlihat pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan inflasi pada Januari 2024 sebesar 0,04 persen. Khusus beras, harganya pada Januari lalu naik 0,64 persen dengan andil terhadap inflasi utama 0,03 persen.

Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta, Kamis (1/2), mengatakan untuk inflasi tahunan pada Januari 2024 tercatat 2,57 persen yang didorong oleh inflasi pada sejumlah komoditas, di antaranya beras, sigaret kretek mesin, bawang putih, dan tomat. “Berdasarkan kelompok pengeluaran inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 5,84 persen dan memberikan andil 1,63 persen terhadap inflasi umum,” kata Amalia.

Lebih lanjut, Amalia mengatakan kenaikan harga beras terjadi di 28 provinsi, sedangkan harga beras di 10 provinsi lainnya menunjukkan penurunan. Kemudian, seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali Nusa Tenggara (Nusra) disebut mengalami kenaikan harga beras. “Salah satu pendorong kenaikan harga ini antara lain karena kurangnya pasokan di beberapa wilayah terutama akibat dari faktor cuaca dan rusaknya beberapa akses jalan dan hambatan distribusi komoditas pangan,” jelas Amalia. Tingginya harga beras dipengaruhi oleh suplai yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan permintaan yang tinggi. Salah satu isu yang menyebabkan tingginya harga beras adalah beberapa negara penghasil beras menahan ekspornya sehingga menyebabkan harga di pasar global relatif naik.

Search