Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai perbedaan elektoral menjadi pemicu saling serang antara calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan dan nomor urut 2 Prabowo Subianto di panggung debat ketiga Pilpres 2024 sudah dimulai saling serang secara terbuka sejak debat pertama capres dan debat kedua capres. Bahkan konfrontasi ini meluas hingga di luar panggung debat. Di sisi lain, berdasarkan beberapa survei, elektabilitas Prabowo-Gibran Rakabuming Raka lebih unggul dari Anies-Muhaimin Iskandar dan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Agung berpendapat pihak Prabowo diduga ingin agar Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Namun, Anies ingin memastikan pilpres berlangsung dua putaran, sehingga ia menyerang Prabowo dengan tujuan bisa mendongkrak suara elektoralnya. Selain itu, perseteruan antara Anies dan Prabowo juga karena perbedaan narasi yang diusung keduanya. Untuk memenangkan persaingan Pilpres 2024 ini, Anies membawa narasi perubahan bersama koalisinya. Sementara itu, Prabowo membawa narasi keberlanjutan sebagai menteri di dalam kabinet pemerintahan saat ini, dan juga menggandeng Gibran anak Presiden Jokowi sebagai cawapres.
Hal tersebut turut diamini Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul. Adib menilai serangan Anies ke Prabowo secara bertubi-tubi karena elektabilitasnya rendah di berbagai survei. Sementara elektabilitas Prabowo dalam hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survei terliaht selalu unggul dibanding dua pesaingnya. Survei Median pada Desember 2023 mencatat elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran mencapai 43,1 persen. Mengungguli pasangan Anies-Cak Imin 26,8 persen dan Ganjar-Mahfud 20,1 persen. Sementara CSIS mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai angka 43,7 persen. Diikuti Anies-Muhaimin 26,1 persen dan Ganjar-Mahfud 19,4 persen. Ada 4,5 persen yang tidak menjawab.