Amerika Serikat (AS) memandang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai risiko yang membayangi stabilitas keuangan dan berpotensi meningkatkan bahaya sistemik akibat teknologi yang berkembang tersebut. Melansir Bloomberg, Jumat (15/12/2023), Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengisyaratkan bahwa regulator AS akan menjadikan AI dan ancaman yang dapat ditimbulkannya sebagai prioritas utama pada tahun 2024.
Pada bulan Oktober, Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif untuk menetapkan standar perlindungan keamanan dan privasi untuk teknologi ini setelah Gedung Putih menganggap AI memerlukan regulasi yang mengaturnya. Dalam pertemuan Dewan Pengawasan Stabilitas Keuangan (FSOC), yang juga dihadiri Gubernur Federal Reserve dan Komisi Sekuritas dan Bursa Efek, Yellen mengatakan bahwa kelompok ini akan fokus pada pemantauan teknologi yang berkembang dan risiko-risiko terkait. FSOC dibentuk setelah krisis keuangan 2008 untuk menangani risiko-risiko sistemik.
Potensi dampak AI terhadap keuangan telah memicu peringatan dari regulator senior, termasuk Ketua SEC Gary Gensler dan Michael Barr dari The Fed. Dalam laporan tahunannya, FSOC tersebut menguraikan sejumlah risiko yang dapat diperkenalkan atau diperkuat oleh AI di lembaga keuangan, termasuk kemampuannya untuk menerapkan bias diskriminatif dalam pemberian pinjaman, terutama untuk program AI yang beroperasi sebagai kotak hitam, sehingga hasilnya sulit untuk dijelaskan. “Kekhawatiran khusus adalah kemungkinan bahwa sistem AI yang sulit dijelaskan dapat menghasilkan dan mungkin menutupi hasil yang bias atau tidak akurat, Hal ini dapat memengaruhi, tetapi tidak terbatas pada, pertimbangan perlindungan konsumen seperti pemberian pinjaman yang adil,” ungkap laporan tersebut. Untuk semua perhatian baru terhadap AI, laporan tersebut tidak memberikan proposal peraturan yang spesifik, hanya memberikan arahan yang samar-samar kepada badan-badan anggota dan perusahaan-perusahaan keuangan.