Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak kesepakatan penghapusan bahan bakar fosil dalam COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Dia juga mendesak para negosiator dalam KTT iklim tersebut untuk menunjukkan fleksibilitas menjelang berakhirnya COP28 pada Selasa (12/12/2023). Guterrse menyampaikan masih ada kesenjangan besar yang menghalangi tercapainya konsensus mengenai penghapusan bahan bakar fosil. Dia juga meminta para negosiator dalam COP28 untuk berfokus mengatasi akar penyebab krisis iklim: produksi dan konsumsi bahan bakar fosil. Guterres meminta COP28 untuk mengakui perlunya menghapuskan semua bahan bakar fosil, sebuah sikap yang ditentang oleh organisasi produsen minyak, OPEC. “Tetapi ini berarti bahwa secara global penghapusan bahan bakar fosil harus sejalan dengan netralitas karbon pada 2050 dan dengan batas kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat celsius,” ucap Guterres. Menjelang hari terakhir COP28, dunia menanti keputusan penting: apakah pemimpin sepakat menghapus bahan bakar fosil secara bertahap. Koalisi dari 80 negara lebih, termasuk AS, Uni, Eropa dan negara-negara kepulauan kecil mendorong tercapainya kesepakatan unutk menghapus bahan bakar fosil dalam COP28. Mereka menghadapi perlawanan keras yang dipimpin oleh OPEC dan sekutunya. OPEC merupakan negara-negara produsen sekaligus eksportir minyak bumi. Pada Minggu (10/12/2023), Presiden COP28 Sultan Al Jaber mendesak para negosiator bekerja lebih keras mencapai konsensus mengenai kesepakatan akhir.