Usaha Pertanian Indonesia Mengalami Penyusutan, Ini Penyebabnya

Jumlah usaha pertanian berdasarkan survei pertanian tahun 2023 turun sebanyak 2,35 juta unit atau 7,42% dibandingkan dengan 2013. Dimana sepuluh tahun yang lalu jumlah usaha pertanian sebanyak 31,7 juta unit. Posman Sibuea, Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian, Unika Santo Thomas Medan menyampaikan, dari survei yang dilakukan BPS tersebut juga terlihat usaha tani perorangan kini didominasi oleh usia 43 tahun ke atas. “Penurunan ini paling tidak dipengaruhi oleh sistem pertanian kita yang masih tertinggal meski bangsa ini berada di tengah kemajuan zaman,” kata Posman (5/12).

Menurutnya, saat ini sektor pertanian dengan teknologi tradisionalnya tidak lagi memikat hati generasi muda yang berpendidikan tinggi. Di mana jumlah tenaga kerja di sektor pertanian makin berkurang karena sektor industri dan jasa lebih menarik generasi muda. “Bidang pertanian dan pangan dianggap kurang bergengsi dan menjadi sumber kemiskinan,” imbuhnya. Dengan hasil survei yang kurang menggembirakan tersebut, Ia mengatakan fenomena urbanisasi yang makin masif terjadi harus segera dijembatani secara baik. Pemerintah perlu mendorong agar bidang pertanian menjadi pilihan menarik bagi generasi Z. “Perlu dirancang dengan secara baik dengan menggunakan teknologi berbasis digitalisasi, seperti dalam pengolahan tanah, pemberantasan hama penyakit, pemanenan, pengolahan pangan dan hasil pertanian,” jelasnya.

Selain itu, penurunan unit usaha pertanian juga tidak terlepas dari dampak adanya fenomena El Nino. Ia menegaskan El Nino yang terjadi sudah menyulitkan petani. Meski Pemerintah telah memitigasi risiko dampak El-Nino dengan melakukan penyesuaian aturan bagi akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan percepatan realisasi Kredit Usaha Alsintan (KUA), namun Posman menyebut tidak serta merta bisa memulihkan dampak El-Nino yang memberikan ancaman terhadap ketahanan pangan nasional.

Search