Analis militer dan pertahanan dari Semar Sentinel, Alman Helvas Ali menilai usulan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang ingin menerapkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam pengoperasian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dinilai kurang tepat. Menurut Alman, modernisasi alutsista jauh lebih penting ketimbang pemanfaatan AI. Ini dikarenakan banyak alutsista TNI yang berusia tua. Alman juga menyebutkan, gagasan pemanfaatan AI dalam alutsista TNI jauh panggang dari api.
“Gagasan demikian tidak memperhatikan kondisi alutsista saat ini,” ujar Alman. Alman mengatakan, penggunaan AI masih belum matang dan terus dikembangkan, bahkan di Amerika Serikat (AS) sekalipun, belum ada adopsi total AI untuk urusan pertahanan. “Isu AI antara lain terkait dengan pengambil keputusan dalam operasi sehari-hari. Siapa yang akan ambil keputusan, misalnya untuk tembak atau tidak tembak pesawat musuh, apakah mesin AI atau manusia (komandan)?” kata Alman. Menurut Alman, penggunaan AI dalam pertahanan masih terlalu dini karena teknologinya belum matang serta konsekuensi politik, hukum, dan etika yang ditimbulkan nantinya. Sebelumnya, Panglima Agus berbicara tentang modernisasi alutsista TNI melalui pemanfaatan artificial intelligence.
Hal itu ia sampaikan saat penyampaian visi dan misi dalam rangkaian fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan dengan Komisi I DPR RI di Gedung Nusantara II, Kompleks Senayan, Jakarta Pusat, Senin (13/11/2023). “Dalam rangka memuwujudkan percepatan modernisasi alutsista di tubuh TNI, maka pemanfaatan kemajuan teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan dan informatika harus dilaksanakan secara terprogram,” kata Agus.