Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata dan Setuju Pembebasan Sandera

Israel dan Hamas, pada Rabu (22/11), mengumumkan kesepakatan yang memungkinkan sedikitnya 50 warga Israel yang disandera dan sejumlah tahanan Palestina dibebaskan, sekaligus menawarkan gencatan senjata empat hari kepada penduduk Gaza yang terkepung setelah berminggu-minggu perang habis-habisan. Hal ini merupakan terobosan diplomatik besar pertama dalam perang tersebut, militan Palestina akan membebaskan 50 wanita dan anak-anak yang diculik dalam serangan tanggal 7 Oktober dalam gencatan senjata empat hari.

Setelah berminggu-minggu perundingan yang ditengahi Qatar, kabinet Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyetujui perjanjian gencatan senjata pada Rabu setelah pertemuan hampir sepanjang malam. “Ini adalah keputusan yang sulit, namun merupakan keputusan yang tepat,” katanya kepada para menteri. Persetujuan kabinet adalah salah satu hambatan terakhir setelah apa yang digambarkan oleh seorang pejabat Amerika Serikat sebagai perundingan selama lima minggu yang sangat menyiksa.

Israel mengatakan untuk memfasilitasi pembebasan sandera, pihaknya akan memulai “jeda” selama empat hari dalam serangan udara, darat dan laut yang telah berlangsung selama enam minggu di Gaza, sementara Israel menekankan perjanjian tersebut tidak berarti akhir dari perang. “Untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, akan ada jeda satu hari tambahan, kata pemerintah Israel. Kementerian Luar Negeri Qatar mengonfirmasi kesepakatan tersebut, dengan mengatakan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara Israel akan dibebaskan sebagai ganti para sandera. Kesepakatan itu disambut oleh negara-negara termasuk Inggris, Tiongkok, Mesir, Prancis, dan Jerman, di mana Menlu, Annalena Baerbock, memuji “terobosan” itu. “Jeda kemanusiaan harus digunakan untuk memberikan bantuan penting kepada masyarakat di Gaza,” katanya.

Search