Dana asing yang selama ini ditempatkan di portofolio keuangan Indonesia baik di pasar modal maupun di Surat Berharga Negara (SBN) secara perlahan mulai keluar. Keluarnya dana asing tersebut karena meningkatnya sentimen negatif dari eksternal terutama ketidakstabilan keamanan global yang memicu investor memburu aset safe heaven khususnya dollar Amerika Serikat (AS). Bank Indonesia (BI) sendiri pada akhir pekan lalu mencatat aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik sebesar mencapai 5,36 triliun rupiah pada periode 16-19 Oktober 2023. Jumlah tersebut terdiri dari dana asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai 3,45 triliun rupiah dan dari pasar saham 3,01 triliun rupiah. Sedangkan modal asing yang masuk di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tercatat sebesar 1,1 triliun rupiah.
Pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan keluarnya dana asing itu karena BI yang slow response menaikkan tingkat suku bunga BI7 days Reverse Repo Rate. “Apabila tingkat suku bunga acuan terlambat dinaikkan maka pasti akan terjadi capital flight,” kata Esther. Apalagi, fundamental ekonomi Indonesia belum sepenuhnya ditopang oleh ekspor dan investasi. Pertumbuhan ekonomi masih didominasi konsumsi rumah tangga yang rapuh. Sebab itu, ke depan, dia mengimbau baik otoritas moneter maupun fiskal agar lebih responsif atas semua faktor mungkin terjadi dan mengguncang pasar global.
Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo, mengatakan keluarnya investor global dari pasar Indonesia adalah hal yang wajar mengingat kenaikan suku bunga the Fed yang lebih agresif. Akibatnya, dalam jangka pendek, BI tidak punya pilihan selain terus melakukan intervensi pasar dengan melepas cadangan dollar AS untuk membeli rupiah supaya nilai tukar bisa stabil.