Para pemimpin bidang keuangan global dilaporkan lumpuh dalam menghadapi dampak perang Israel dengan Hamas minggu lalu. Perpecahan geopolitik mendalam ini menghambat Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, yang berupaya memajukan rencana pendanaan baru guna meredakan guncangan ekonomi yang lebih sering terjadi. Seperti diberitakan, Hamas melancarkan serangan luar biasa ke Israel pada 7 Oktober 2023, tepat ketika para pejabat tinggi keuangan tiba di Maroko, Afrika Utara untuk menghadiri pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia. Situasi tersebut turut mengacaukan naskah pertemuan yang telah dibuat hati-hati, dengan menyerukan sumber daya baru dan langkah-langkah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan global yang lesu.
Bahkan saat acara pembukaan, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva tidak menyinggung soal konflik baru itu. Tetapi, belakangan, ketika serangan balasan Israel meningkat, ia berjuang mengatasinya. Sebagai permulaan, Georgieva menggambarkannya sebagai tragedi kemanusiaan, dengan sumber ketidakpastian ekonomi yang samar-samar. Dalam percakapan tertutup pada pertemuan tersebut, implikasi konflik Israel-Gaza menjadi topik utama, mulai dari krisis pengungsi baru hingga dampak perdagangan dan ancaman pertempuran di Lebanon dan Tepi Barat. Demikian diungkapkan para peserta dari kelompok-kelompok keuangan dan organisasi nirlaba kepada Reuters.
Ketidakmampuan dalam merespons kemudian meluas ke pernyataan-pernyataan pemimpin yang dikeluarkan negara anggota kelompok G20, dan komite pengarah IMF dan Bank Dunia, yang gagal mengangkat soal konflik tersebut. Alhasil, badan-badan itu kembali tidak dapat mengeluarkan komunike bersama yang mencerminkan makin dalamnya ketegangan geopolitik. Di antara yang terbaru adalah invasi Rusia ke Ukraina, juga perselisihan antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang telah lama berselisih mengenai rumusan komunike.