Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong dekarbonisasi sektor pertambangan. Ia mengungkapkan pertambangan akan diminta untuk menghasilkan produk yang low atau no emission. “Sementara kita masih bergantung pada fosil, terutama batubara. Harus jadi pemikiran bagaimana secara bertahap kita bisa mengalihkan dari heavy emission ke low emission sampai akhirnya zero emission,” ujar Arifin saat mewakili Presiden Indonesia Joko Widodo pada Indonesia Mining Summit di Nusa Dua Bali, Selasa (10/10), seperti dikutip dari keterangan resmi.
Indonesia, sambungnya, memiliki potensi mineral dan batubara (minerba) yang sangat besar dan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, serta kemandirian dan ketahanan industri nasional. Pemerintah saat ini, lanjut Arifin, tengah memprioritaskan beberapa kebijakan minerba, di antaranya peningkatan eksplorasi sumber daya cadangan minerba, termasuk potensi logam tanah jarang dan mineral kritis. Selain itu, reklamasi dan pascatambang, kepastian berusaha dan kemudahan investasi, peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan peningkatan nilai tambah dengan memperhatikan aspek lingkungan. “Peningkatan nilai tambah mineral memiliki peranan yang penting dalam mendukung transisi energi di Indonesia antara lain digunakan sebagai bahan baku pembangkit solar, angin dan nuklir; kabel transmisi dan distribusi; serta baterai untuk kendaraan listrik dan pembangkit listrik EBT,” imbuh Arifin.
Arifin juga menyampaikan strategi hilirisasi yang tengah didorong oleh Pemerintah. Di antaranya adalah melalui upaya percepatan pengintegrasian supply chain antara tambang dan smelter. “Kemudian pengintegrasian industri pengguna bahan olahan mineral dan pengembangan industri lanjutan, dan aplikatif dari hasil pengolahan atau pemurnian mineral. Beberapa komoditas utama yang menjadi prioritas untuk dikembangkan antara lain nikel, alumunium, tembaga, timah, besi, dan emas-perak,” lanjut Arifin.