Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta masyarakat untuk tidak bergantung terhadap nasi untuk memenuhi asupan karbohidrat. Hal ini sebagai respons dari melonjaknya harga beras di pasaran. Guna memenuhi asupan karbohidrat, masyarakat bisa mengkonsumsi berbagai komoditas pangan lain. Masyarakat bisa beralih ke ubi, singkong, papeda, sukun, sorgum, hingga jagung. Menurut Mendagri, opsi-opsi tersebut juga lebih sehat dikonsumsi oleh masyarakat. Pasalnya, nasi berpotensi menaikan gula darah dan memicu diabetes. Mantan Kapolri itu pun mengaku, saat ini dirinya sudah mulai mengkonsumsi berbagai jenis alternatif beras. Mulai dari sukun, ubi, hingga keladi. Dengan adanya diversifikasi sumber karbohidrat, permintaan beras akan berkurang. Pada akhirnya, harga beras diharapkan dapat kembali turun.
Sebagai informasi, harga beras di pasaran tengah meningkat sejak berapa bulan terakhir. Hal ini disebabkan berkurangnya pasokan yang merupakan imbas dari fenomena kemarau berkepanjangan. Berdasarkan data BPS harga beras di level eceran meningkat 5,61 persen secara bulanan pada September lalu. Ini menjadi kenaikan tertinggi sejak Februari 2018. “Ini semua negara juga kan banyak yang mereka kena El Nino juga, kekeringan juga, India misalnya, lebih panas dari kita. Banyak kemudian yang tadinya mengekspor, menahan produksinya untuk dalam negerinya, semua negara sedang berjuang,” ucap Tito. Adapun tata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada September 2023 sebesar Rp 13.799 per kilogram atau naik 10,33 persen secara bulanan dan naik 27,43 persen secara tahunan. Kemudian rata-rata harga beras di tingkat grosir tercatat Rp 13.037 per kilogram atau naik 6,29 persen secara bulanan dan secara tahunan naik 21,02 persen.