Hilirisasi Selamatkan Indonesia dari Dampak Pelemahan Ekonomi China

Perekonomian global tengah menghadapi ancaman perlambatan dari “gelapnya” perekonomian China. Meskipun demikian, Indonesia dinilai berpotensi terhindar dari ancaman tersebut. Kepala Pusat Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Abdurohman mengatakan, China merupakan negara mitra dagang utama Indonesia. Akan tetapi, di tengah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu, kinerja ekspor Indonesia ke negara tersebut masih terjaga. Menurutnya, hal itu tidak terlepas dari adanya pergeseran komoditas utama yang diimpor oleh China dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Abdurohman menjelaskan, pada periode 2000-an, komoditas utama yang diekspor Indonesia ke China ialah minyak mentah, gas alam cair, hingga minyak sawit. Akan tetapi, sejak 2017 komoditas unggulan yang diimpor oleh China bukan lagi komoditas yang masih mentah. Mulai tahun 2017, China lebih gencar mengimpor komoditas dasar yang telah diolah, seperti feronikel, lignit, dan lain-lainnya.

Oleh karenanya, upaya pemerintah untuk melakukan hilirisasi menjadi sejalan dengan kebutuhan China. Hasil komoditas olahan berupa feronikel dan lignit pada akhirnya diserap oleh China. “Komoditas ekspor kita mengalami pergeseran yang saya kira juga ada efek positifnya. Karena meskipun mereka melambat permintaan ekspor terhadap Indonesia masih cukup kuat,” ujar Abdurohman. Sebagai informasi, perekonomian China tengah dihadapi potensi perlambatan pertumbuhan. Abdurohman bilang, hal itu salah satunya disebabkan oleh krisis sektor properti di Beijing. Sektor properti sendiri merupakan salah satu sektor usaha yang berperan besar terhadap PDB negara tersebut. “Lebih dari 48 persen total PDB mereka disumbang investasi. Parahnya investasi itu terkonsentrasi di sektor properti yang memang sedang mengalami tekanan cukup berat,” ucapnya.

Search