Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell, memberi isyarat bahwa Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memastikan inflasi terkendali. Pernyataan Powel tersebut langsung disambar oleh pelaku pasar keuangan dengan mengoleksi portofolio berdenominasi dollar AS, sehingga mata uang paling berpengaruh di dunia itu menguat atau terapresiasi terhadap mata uang utama dunia lainnya pada akhir perdagangan pekan lalu atau (Sabtu pagi WIB).
Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo, mengatakan pidato Powell memberi tekanan ke Bank Indonesia (BI) untuk agresif di pasar uang, termasuk mengkaji untuk menentukan tingkat suku bunga acuan BI7days Reverse Repo Rate. Pidato Powell tersebut menunjukkan belum terlalu banyak perubahan di sisi pasokan sehingga pengendalian inflasi masih terus menekan kebijakan moneter. “Ini menjadi tekanan BI untuk menjaga rupiah karena dalam sepekan terakhir rupiah juga sudah tertekan. BI dipaksa untuk lebih agresif melakukan intervensi. Untuk suku bunga acuan, saya kira setelah menahan cukup lama, dengan sinyal dari Amerika itu, maka BI akan menaikkan suku bunga acuan,” papar Susilo.
Otoritas moneter, kata Susilo, harus benar-benar mencermati dan mengendalikan nilai tukar (kurs) rupiah karena impor Indonesia cukup tinggi, baik di sektor migas maupuan nonmigas. Dia juga mengimbau bank-bank di Indonesia agar lebih cepat merespons situasi. “PR-nya juga adalah tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah banyaknya tekanan,” paparnya.