Sebuah pabrik biogas yang mengolah sampah tongkol jagung dibangun di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (Nusa Tenggara Barat). Pabrik tersebut dibangun oleh PT Kalimantan Timurex Energy bekerjasama dengan BUMD Nusa Tenggara Barat dan PT Gerbang Nusa Tenggara Barat Emas (GNE). Produk dari pabrik tersebut berupa biogas yang dikompresi alias compressed biogas (CBG) sebagai substitusi elpiji yang akan dimanfaatkan oleh industri hotel, restoran, dan kafe. Dilansir dari situs web Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (18/8/2023), pabrik tersebut ditargetkan mampu menghasilkan hingga 10 ton CBG per hari. PT Kalimantan Timurex Energy menargetkan pabrik mulai beroperasi alias commercial operation date (COD) pada 2025. Keberadaan Pabrik CBG di Lombok ini diharapkan dapat menurunkan emisi sebesar 5.448 ton karbon dioksida per tahun, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, dan menyelesaikan permasalahan sampah. Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah mengatakan, pabrik CBG ini mewakili dua isu penting yaitu industrialisasi dan nol sampah atau zero waste. Kedua hal ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri memiliki target yang ambisius untuk mencapai netralitas karbon alias net zero emission (NZE) pada 2060. Target tersebut diimplementasikan dalam tiga program yaitu ekonomi hijau, energi hijau, dan industri hijau. “Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki target ambisius untuk mencapai target penurunan emisi sebesar 3 juta ton karbon dikosida,” kata Zul.
“Karenanya kita harus mulai mengolah limbah kita menjadi bermanfaat seperti tongkol jagung yang jumlahnya melimpah di Nusa Tenggara Barat sehingga memiliki nilai tambah, dalam hal ini diubah menjadi CBG,” sambungnya. Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Trois Dilisusendi menyampaikan, pabrik tersebut akan menyediakan kebutuhan gas untuk industri dan komersial di Nusa Tenggara Barat. Diharapkan, Nusa Tenggara Barat dapat menjadi mandiri energi serta mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan dalam percepatan target NZE. “Nusa Tenggara Barat miliki potensi besar biomassa dari limbah pertanian, terutama tongkol jagung yang mencapai 180.000 ton dengan teknologi dapat dimanfaatkan menjadi CBG,” tutur Trois. “Pemerintah pusat terus mendorong pemanfaatan biogas, salah satunya dukungan kebijakan pengadaan biogas sebagai bahan bakar lain,” sambungnya. Chairman Kalimantan Timurex Group Ralhan menyampaikan, pihaknya memilih Nusa Tenggara Barat sebagai lokasi pabrik CBG karena provinsi ini memiliki komitmen yang tinggi terhadap lingkungan. Adanya pabrik tersebut diharapkan juga dapat menekan impor elpiji. Mengingat, sepanjang 2022 impor mencapai 6,7 juta ton atau setara 82 persen dari total volume elpiji yang dikonsumsi penduduk Indonesia.