Buruknya Kualitas Udara di Jakarta, Penuaan Dini, dan Risiko Kanker.

Kualitas udara di DKI Jakarta yang memburuk pada beberapa hari terakhir mendapat sorotan banyak pihak. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mengalami batuk hampir empat minggu efek dari kualitas udara yang buruk di daerah Jabodetabek. “Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena Presiden sendiri sudah batuk, katanya sudah hampir 4 minggu beliau belum pernah merasakan seperti ini,” ucap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8/2023). Kemungkinan, dokter menyampaikan, ada kontribusi daripada udara yang tidak sehat dan kualitasnya buruk.

Selain pernapasan, apa dampak dari polusi udara yang memburuk di Jakarta? Dokter spesialis kulit dan kelamin RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Ismiralda Oke Putranti mengatakan, udara yang berkualitas jelek atau berpolusi mengandung kotoran dan debu yang dapat melekat pada kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah, terutama jerawat dan infeksi. Jerawat adalah peradangan pada folikel rambut yang disebabkan karena adanya penyumbatan oleh minyak maupun sel kulit mati. Selain itu, debu dan kotoran juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit sehingga rentan terkena infeksi. Polusi diketahui juga dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas. Itu termasuk polusi udara, air, dan tanah. Ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dengan antioksidan alami yang ada di dalam tubuh termasuk kulit akan menyebabkan stres oksidatif. Ismiralda menjelaskan, stres oksidatif itulah yang kemudian menimbulkan kerusakan pada semua jaringan dan organ tubuh, termasuk kulit. Pada kulit stres oksidatif, akan memicu kerusakan terutama penuaan dini. Ia menerangkan, penuaan dini terjadi ketika kulit mengalami penurunan kolagen yang digantikan serabut elastin sehingga kulit tampak menipis dan berkerut. Polusi udara juga menyebabkan hiperpigmentasi dan hipopigmentasi. Hiperpigmentasi merupakan kondisi kulit berwanra lebih gelap. Sedangkan hipopigmentasi adalah ketika kulit mempunyai warna lebih cerah. Sehingga, kulit pada tubuh seseorang mempunyai warna yang berbeda-beda kecerahannya atau menjadi belang. Selain itu, polusi udara juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena tumor jinak maupun ganas. Pada polusi udara yang paling berbahaya adalah karbonmonoksida yang bersifat karsinogenik atau memicu kanker.

Search