Aksi Vladimir Putin Kian Memperburuk Krisis Pangan Global

Pada awal bulan ini, Rusia menarik diri dari kesepakatan Black Sea Grain Initiative. Ini merupakan kesepakatan darurat yang ditengahi antara PBB dan Turki, yang memungkinkan ekspor penting seperti gandum dan pupuk dikirim keluar dari Ukraina yang dilanda perang. Saat berbicara di KTT Rusia-Afrika di St. Petersburg pada hari Kamis (27/7/2023), Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa negara-negara Barat “menghalangi” ekspor pertaniannya. Putin juga menyalahkan mereka atas “krisis” pangan global. Kremlin sebelumnya mengklaim bahwa kesepakatan itu hanya menguntungkan Ukraina dan ekspor Rusia telah diblokir dari pasar luar negeri karena sanksi Barat.

Laporan Global Krisis Pangan 2023 menemukan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 33% jumlah orang yang menghadapi kelaparan di dunia pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagian besar gandum yang diekspor melalui Laut Hitam dikirim ke negara-negara berkembang yang mengalami serangkaian krisis.  Menurut data dari Program Pangan Dunia PBB, Ethiopia, Yaman, dan Afghanistan telah menerima 600.000 ton kiriman gandum kemanusiaan sejak Agustus lalu. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai “mercusuar harapan” pada saat itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam karena persyaratan Rusia untuk perpanjangan telah diabaikan. Itu sebabnya Moskow keluar dari kesepakatan yang memungkinkan Ukraina setahun yang lalu untuk mengekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitamnya, meskipun ada perang, untuk meringankan krisis pangan global. Setelah keluar dari kesepakatan, Rusia telah menggempur pelabuhan pengekspor makanan Ukraina hampir setiap hari. Serangan pada hari Minggu di pelabuhan selatan Odesa menewaskan satu orang dan melukai puluhan lainnya.

Search