Selama 2022, Penggunaan Biomassa di Pabrik SIG Tembus 2,7 Juta Ton

Mendukung terwujudnya pembangunan rendah karbon, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) memperkuat fokus pada penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan. Salah satu inisiatif strategis dalam perlindungan terhadap lingkungan, diwujudkan melalui penggunaan bahan bakar alternatif dari biomassa pada proses pembuatan semen di pabrik-pabrik milik SIG. Pada 2022, penggunaan biomassa di pabrik-pabrik milik SIG tercatat mencapai 2,7 juta ton, diantaranya berasal dari sekam padi, bonggol jagung, cangkang mete dan cangkang sawit. Corporate Secretary SIG Vita Mahreyni mengatakan, sebagai produsen bahan bangunan dengan kapabilitas terbesar di tanah air, SIG berkomitmen untuk menjadi motor penggerak transisi ke ekonomi hijau dengan memprioritaskan pembangunan rendah karbon yang inklusif dan berkeadilan. Penggunaan biomassa merupakan salah satu inisiatif SIG untuk substitusi energi fosil dan juga mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Selain itu, penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif juga menjadi solusi untuk mengurangi limbah pertanian yang berpotensi menimbulkan gas metana jika dibiarkan terdegradasi, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Inisiatif SIG dalam pengelolaan energi melalui penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif, mendapat apresiasi dari dunia internasional dengan terpilihnya anak usaha SIG yaitu PT Semen Tonasa. Semen Tonasa merupakan satu dari dua perusahaan di dunia yang memenangkan Award of Excellence in Energy Management pada ajang the 2023 CEM’s Energy Management Leadership Awards. Tidak hanya penggunaan biomassa, SIG juga memanfaatkan sampah perkotaan sebagai bahan bakar alternatif melalui teknologi Refuse-Derived Fuel (RDF) di Pabrik SBI Narogong dan Cilacap. Melalui SBI, SIG dinilai telah memelopori terwujudnya fasilitas RDF pertama di Indonesia yang berlokasi di Jeruklegi, Cilacap.

Selain manajemen energi berkelanjutan, fokus SIG pada perlindungan lingkungan juga terwujud dalam konservasi keanekaragaman hayati. PT Semen Tonasa melakukan konservasi keanekaragaman hayati (Kehati) dan situs pra sejarah di Taman Kehati dan Geopark Bulu Sipong. Awal penetapan Taman Kehati dan Geopark Bulu Sipong sebagai kawasan konservasi bermula pada 2018, ketika PT Semen Tonasa melihat adanya potensi bentang alam karst dan warisan arkeologi di lahan tambang tanah liat yang dikelola. Kemudian manajemen PT Semen Tonasa bergerak menetapkan kawasan Bulu Sipong seluas 31,64 hektar atau 11,3 persen dari total lahan tambang seluas 280 hektar, sebagai kawasan konservasi. Menurut Vita, pengelolaan kawasan Taman Kehati dan Geopark Bulu Sipong dilakukan secara cermat oleh PT Semen Tonasa sesuai rekomendasi SIG. Mulai dari reklamasi dan revegetasi di kawasan konservasi, mengontrol kegiatan operasional untuk memastikan efek getaran dan debu tetap berada di bawah ambang batas, penanganan debu secara rutin, hingga pemeliharaan dan pengairan jalan tambang. Ditambah lagi dengan cara melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian situs prasejarah untuk mencegah aksi vandalisme dan perusakan, memasang rambu dan pembatasan akses, serta menjalin kerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Adapun monitoring dampak lingkungan di kawasan Taman Kehati dan Geopark Bulu Sipong juga dilakukan secara rutin, meliputi uji emisi debu, getaran peledakan dan air asam tambang. Hasil pemantauan pada Desember 2022, getaran dari aktivitas penambangan tidak sampai ke Gua Bulu Sipong, sehingga tidak mengancam situs prasejarah yang ada. Menyambut inisiatif tersebut, salah satu pemegang saham SIG yakni, Norwegian Government Pension Fund (NGPF), menyambut positif inisiatif pelestarian cagar budaya yang ada di Geopark Bulu Sipong dan melakukan assesment, serta monitoring atas pelaksanaan inisiatif tersebut. Dari rentang 2018 hingga Mei 2023, PT Semen Tonasa telah menanam 22 jenis tanaman dengan total 2.719 pohon, untuk menambah keanekaragaman flora di Taman Kehati dan Geopark Bulu Sipong. Di antaranya eboni (diospyros celebica), kayu kuku (pericopsis mooniana) dan bitti (vitex cofassus) yang merupakan tanaman endemik lokal. Ada pula beragam tanaman buah, seperti jeruk, mangga, kelapa, rambutan, alpokat, durian dan sawo.

Search