Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa mengkritisi satu dekade program swasembada pangan yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat 2014-2023 sejumlah komoditas pangan yang dicita-citakan mencapai swasembada nyatanya tak ada satupun yang dicapai.
Misalnya saja, Dwi Andreas menyebut produksi padi dalam satu dekade terakhir justru turun 0,23 persen per tahunnya. Di sisi lain, impor beras justru dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Tahun ini, pemerintah melalui Bulog juga telah menargetkan impor beras 2 juta ton. Selain itu, kedelai, jagung, bawang putih hingga daging pun juga gagal mencapai swasembada. Meskipun pemerintah telah mencanangkan program upsus pajale (Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai) hingga food estate, kendati kebutuhan dalam negeri belum bisa dipenuhi dari produksi sendiri. Proyek food estate di Humbang Hasundutan untuk bawang putih sejak 2017, nyatanya tak membuat Indonesia swasembada bawang putih. Diketahui, hingga kini impor bawang putih tetap mengalir ke Indonesia 500.000 ton setiap tahunnya. Andreas menyebut bahwa program food estate di Indonesia telah gagal sejak 25 tahun terakhir.
Adapun menurutnya, pemerintah harus segera merubah orientasi ekonomi politik pangan di Indonesia. Hal itu dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan impor pangan. Pemerintah diminta membangun pertanian dengan basis petani kecil. Dengan begitu, kebijakan pangan akan dianggap lebih ideal dan berkeadilan. “Usulan saya pemerintah harus mengubah orientasi kebijakan pangan yang selama ini terlalu berat ke konsumen menjadi berkeadilan bagi produsen,” imbuhnya.