Tak hanya itu, Laporan IMF juga menunjukkan bahwa apresiasi dolar memiliki dampak nyata pada pertumbuhan ekonomi global. Hal ini tercermin dalam neraca transaksi berjalan global, metrik utama untuk menghitung jumlah neraca transaksi berjalan absolut di seluruh negara. Menurut penilaian IMF itu pula, apresiasi dolar 10 persen dikaitkan dengan penurunan neraca transaksi berjalan global sebesar 0,4 persen dari PDB dunia setelah satu tahun. Penurunan sebesar itu dinilai sangat ssignifikan secara ekonomi, karena rata-rata neraca global selama dua dekade terakhir adalah sekitar 3,5 persen dari PDB dunia, dengan standar deviasi 0,7 persen.
Adapun penurunan neraca global mencerminkan kontraksi berbasis luas dalam perdagangan dengan adanya harga mata uang yang dominan. Hal ini difasilitasi oleh penyempitan neraca perdagangan komoditas karena penurunan harga komoditas secara historis menyertai apresiasi dolar. Lebih jauh, IMF menyatakan bahwa nilai tukar yang lebih fleksibel dan ekspektasi inflasi yang lebih kuat dapat mengurangi dampak negatif ke pasar negara berkembang. Oleh sebab itu, negara-negara pasar berkembang direkomendasikan bergerak menuju nilai tukar yang fleksibel. Caranya dengan mengembangkan pasar keuangan domestik yang mengurangi sensitivitas pinjaman terhadap nilai tukar dan berkomitmen untuk meningkatkan kerangka fiskal dan moneter, termasuk kemandirian bank sentral. Hal ini untuk membantu menjangkarkan ekspektasi inflasi. IMF menilai di ekonomi pasar yang sedang berkembang dengan gesekan keuangan yang parah dan kerentanan neraca, langkah-langkah manajemen makroprudensial dan aliran modal dapat membantu mengurangi limpahan lintas batas yang negatif.