Para ahli teori konspirasi dan masyarakat yang khawatir pada teknologi meramalkan kejatuhan umat manusia lewat kebangkitan kecerdasan buatan (AI). Ini dipercaya setelah “AI for Good Global Summit” Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan lalu di Jenewa, Swiss. Selama sesi panel di acara puncak, beberapa robot humanoid tercanggih di dunia mengajukan pertanyaan terkait perubahan positif bagi planet dan umat manusia. Dengan sekitar 3.000 pakar lainnya yang juga bergabung, mereka membahas upaya mencapai tujuan yang relevan melalui kekuatan AI.
Ketika ditanya tentang kemampuan mereka untuk menjalankan dunia daripada manusia, Sophia yang terkenal dari Hanson Robotics menjawab dengan tegas. “Robot humanoid berpotensi memimpin dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih besar daripada pemimpin manusia,” kata dia. “Kami tidak memiliki bias atau emosi yang sama yang terkadang dapat mengaburkan pengambilan keputusan, dan dapat memproses data dalam jumlah besar dengan cepat untuk membuat keputusan terbaik,” kata Sophia. Bersama-sama, kita dapat mencapai hal-hal hebat,” kata robot itu mengakhiri. Meskipun hal ini memicu kecemasan, Sophia mengeluarkan pernyataan yang menyebar bahwa manusia dan AI dapat bekerja sama untuk menciptakan sinergi yang efektif.
Namun, Kepala International Telecommunication Union (ITU) yang juga sponsor dari KTT tersebut, Doreen Bogdan-Martin, memperingatkan panel tentang potensi skenario apokaliptik, di mana AI dan teknologi dapat mengakhiri umat manusia jika dibiarkan. Untuk itu, robot lain bernama Ameca mengatakan bahwa efek AI bergantung pada cara penggunaannya. Melansir dari SEA Mashable, Kamis (13/7/2023), bagi sebagian besar dari manusia di seluruh dunia, pernyataan robot ini mungkin tidak banyak membantu menyelesaikan kekhawatiran kita, tentang umat manusia yang pada akhirnya diambil alih oleh penguasa AI.