Lembaga pemeringkat S&P mempertahankan peringkat atau rating kredit Indonesia di posisi BBB outlook stabil. Kementerian Keuangan alias Kemenkeu menilai hal ini menjadi cerminan kesuksesan Indonesia dalam mencapai konsolidasi fiskal. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto mengatakan raihan itu didukung oleh pertumbuhan solid dari pendapatan negara, serta kebijakan yang terkalibrasi secara baik. “S&P melihat adanya perbaikan yang signifikan dalam kondisi fiskal Indonesia. Hal ini didorong oleh beberapa faktor positif, termasuk kenaikan harga komoditas yang menguntungkan, kondisi ekonomi domestik yang semakin membaik, serta komitmen yang kuat terhadap pelaksanaan kebijakan fiskal yang berkelanjutan,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (6/7/2023).
Suminto menambahkan perbaikan defisit fiskal juga berdampak positif pada rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga menunjukkan kredibilitas serta kestabilan ekonomi Tanah Air. Diketahui, pertumbuhan riil PDB Indonesia mampu mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, yakni 5,3 persen pada 2022. Keberhasilan ini menjadi wujud peningkatan permintaan luar negeri terhadap komoditas utama, serta upaya dalam mengembangkan perekonomian domestik.
Selain itu, pemerintah juga dinilai mampu mengendalikan defisit fiskal, yang kini bertengger di bawah 3 persen dari PDB. Pada 2022, defisit juga turun signifikan menjadi 2,4 persen sehingga S&P memperkirakan hal itu akan terus berkurang menjadi sekitar 2,3 persen dari PDB pada 2023. Suminto menyatakan penurunan defisit fiskal tersebut telah memberikan dampak positif dalam mengurangi beban utang pemerintah dan pembayaran bunga. Namun, dia mengakui bahwa masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah ke depan.