Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan tiga arsip sejarah Indonesia sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World). UNESCO memberikan tiga sertifikat Ingatan Kolektif Dunia kepada Kementerian Luar Negeri RI pada hari ini, Senin (3/7). Berdasarkan keterangan di situs resmi Kemlu RI, ketiga arsip sejarah itu terdiri dari Pidato Sukarno yang bertajuk To Build the World Anew, Pertemuan Pertama Gerakan Non-Blok, serta Hikayat Aceh.
Selain itu, penghargaan ini juga disebut bakal memperkuat posisi Indonesia dalam upaya pelestarian dan promosi kekayaan budaya serta sejarah nasional dan dunia. Dengan penetapan ini, Indonesia memiliki 11 dari total 496 dokumen Ingatan Kolektif Dunia UNESCO. Sebelum ketiga arsip teranyar ini, delapan dokumen Indonesia sudah lebih dulu ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Dunia. Kedelapan arsip itu mencakup Arsip VOC, Arsip Konferensi Asia Afrika, Babad Diponegoro, Arsip Konservasi Borobudur, Arsip Tsunami, La Galigo, Nagarakartagama, dan Cerita Panji.
Tak hanya menyatakan tiga arsip Indonesia sebagai Ingatan Kolektif Dunia, UNESCO juga menetapkan empat geopark RI sebagai UNESCO Global Geopark. Ketiga taman itu terdiri dari Ijen Geopark, Maros Pangkep Geopark, Merangin Geopark, dan Raja Ampat Geopark. “Dengan tambahan empat geopark baru ini, Indonesia memiliki 10 dari total 195 UNESCO Geopark di dunia, 6 lainnya adalah Batur, Gunung Sewu, Cileteuh, Rinjani – Lombok, Toba, dan Belitong,” tulis Kemlu RI.