Kebijakan swasembada dalam produksi beberapa komoditas pangan utama dinilai semakin tidak relevan untuk ketahanan pangan. Itu juga dianggap tidak akan dapat menjamin keterjangkauan pangan maupun mendorong diversifikasi pangan seperti yang diharapkan pemerintah. “Banyak faktor dalam produksi dan distribusi pangan domestik yang kurang efisien dan membuat harga pangan menjadi tinggi. Pencapaian ketahanan pangan melalui swasembada menjadi tidak ideal karena mempertimbangkan banyak, misalnya saja dampak perubahan iklim dan cuaca yang semakin menantang untuk produksi pangan, sementara modernisasi pertanian di Indonesia masih berjalan lambat,” ujar Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi.
Selama masa swasembada beras, produksi beras Indonesia memang berlebih berkat intensifikasi dan perluasan lahan. Namun, itu dicapai dengan upaya panjang dan pembiayaan besar. Penekanan pada kuantitas juga mengakibatkan rendahnya kualitas beras. Untuk mencapai ketahanan pangan, ketersediaan pangan yang terjangkau dapat dicapai dengan kombinasi produksi domestik dan impor atau dengan meningkatkan pendapatan rakyat untuk mendorong daya beli. Impor pangan dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan pasokan antarmasa panen atau ketika harga juga meningkat. Kebijakan perdagangan terbuka untuk pangan dengan demikian akan memungkinkan masyarakat memiliki akses kepada pangan bergizi dengan harga terjangkau. Penelitian CIPS menemukan kesenjangan produktivitas antarwilayah juga belum mampu diatasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produktivitas padi yang dihasilkan di Pulau Jawa lebih tinggi 23% dari produktivitas padi di luar Jawa.
Menurut Azizah, swasembada pangan yang selama ini menjadi fokus pemerintah bukan hal yang mudah dicapai, terutama mengingat banyaknya faktor pada sektor pertanian Indonesia yang tidak mendukung tujuan tersebut. Kebijakan swasembada pangan juga akan menghambat dorongan untuk mengonsumsi pangan yang beragam, yang sebenarnya juga merupakan salah satu jalan keluar untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap satu komoditas tertentu dan meningkatkan kecukupan nutrisi masyarakat.