Ekonomi negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan China mengalami pelambatan secara berarti. Bahkan beberapa negara seperti Jerman mengalami pertumbuhan negatif atau resesi.
Inflasi sebenarnya sudah turun di bawah 5 persen di AS, 6 persen di Eropa, tetapi masih jauh di atas target 2 persen yang ingin dicapai.
Oleh karena itu, bank sentral juga masih akan menaikkan suku bunga sekalipun bank sentral AS, The Fed, jeda dari kenaikan pada Juni ini.
Ilanya bank sentral Jepang yang tetap bertahan tidak menaikkan suku bunga, dan bank sentral China yang mulai menurunkan suku bunga untuk menstimulasi ekonomi.
Sementara itu, ketcgangan geopolitik masih tinggi dengan berlanjut dan memanasnya perang Rusia-Ukraina. Pertentangan investasi dan dagang AS dan China juga meninggi, dengan larangan ekspor teknologi tinggi, khususnya cip, ke China. Dalam situasi ini sangat sulit bagi suatu negara untuk tetap netral secara politik berkaitan dengan kebijakan ekonominya.
Perlambatan ekonomi ibarat pesawat terbang yang mengalami penurunan kecepatan jelajah dan ketinggiannya. Beberapa pesawat harus mendarat sementara untuk perbaikan teknis dan perawatannya.
Pesawat lain berusaha mempertahankan kecepatan jelajah dan ketinggian yang optimal dengan menginjeksi tambahan bahan bakamya. Sementara itu, keadaan cuaca masih berawan cukup tebal dengan masih terjadi turbulensi di sekitarnya.
Keadaan ini berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia dengan menurunnya harga komoditas dan melemahnya ekspor sehingga surplus neraca perdagangan pun menurun.
Sementara itu, konsumsi juga memperlihatkan pelemahan. Investasi masih meningkat berkaitan dengan pertambangan, dan pelarangan ekspor bahan mentah untuk pengembangan industri pemrosesan.
Pertumbuhan kredit juga mengalami pelambatan menjadi sekitar 8 persen. Kredit investasi masih tumbuh sekitar 10 persen, tetapi kredit modal kerja melambat ke sekitar 6 persen. Untuk ekonomi tumbuh 5 persen, membutuhkun pertumbuhan kredit paling tidak sekitar 10 persen.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) melemah ke tingkat 50,3 sekalipun di atas 50 masih mengalami perkembangan. Perusahaan padat karya tertentu harus mengurangi pekeija karena pemesanan dan penjualan yang menurun. Karena itu, banyak yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat di bawah 5 persen.