Banyak pemimpin bisnis top dunia (CEO) khawatir kecerdasan buatan (AI) akan menimbulkan ancaman besar bagi umat manusia dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Kesimpulan itu diambil dari survei yang dilakukan terhadap 119 CEO, antara lain; CEO Walmart Doug McMillion, CEO Coca-Cola James Quincy, para pemimpin perusahaan IT seperti Xerox dan Zoom serta CEO dari farmasi, media, dan manufaktur. Survei digelar di Yale CEO Summit yang dilaksanakan pada acara virtual Chief Executive Leadership Institute Sonnenfeld pekan ini. Dari survei diketahui bahwa 42 persen CEO mengatakan bahwa kecerdasan buatan berpotensi menghancurkan umat manusia lima hingga sepuluh tahun dari sekarang.
Sementara 34 persen CEO mengatakan AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam sepuluh tahun dan 8 persen lainnya mengatakan bahaya itu bisa terjadi dalam lima tahun ke depan. “Sangat gelap dan mengkhawatirkan,” kata Profesor Yale Jeffrey Sonnenfeld. Meski demikian, Jeffrey mengatakan para CEO masih berbeda pendapat soal ancaman mengerikan yang bisa ditimbulkan oleh keberadaan AI terhadap manusia. Kegelisahan terhadap efek buruk dari keberadaan AI tak hanya disuarakan para CEO. Sebelum hasil survei CEO keluar, puluhan pemimpin industri AI, akademisi, dan bahkan beberapa selebritas seperti CEO OpenAI Sam Altman, Geoffrey Hinton, “ayah baptis AI” dan eksekutif puncak dari Google dan Microsoft menandatangani pernyataan peringatan tentang risiko kepunahan manusia akibat AI. Mereka karena itu menyerukan agar masyarakat bertindak nyata untuk menjaga dari bahaya kecerdasan buatan. “Mengurangi risiko kepunahan akibat AI harus menjadi prioritas global bersama seperti terhadap pandemi dan perang nuklir,” kata pernyataan itu.