Meski Potensial, Pemanfaatan Solar PV Terganjal Keterbatasan Lahan

Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 3.600 gigawatt. Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, 3.300 gigawatt di antaranya berasal dari Solar Photovoltaic (PV). Sayangnya, pada tahun 2022 lalu capaian pemanfaatan Solar PV baru di kisaran 300 megawatt atau sekitar 0,03 persen.

“Jadi jauh sekali pemanfaatannya. Kita harus kejar untuk bisa mencapai target transmisi energi,” kata Andriah Feby dalam Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap Bluebird di Jakarta pada Selasa (13/6/2023). Lanjutnya, pada tahun 2025 pemerintah menargetkan bisa memanfaatkan EBT dari Solar PV sebesar 23-25 persen di mana saat ini masih di kisaran 12,3 persen. Jika melihat target jangka panjang nol emisi karbon pada tahun 2060, diproyeksikan sebanyak 708 gigawatt EBT sudah terbangun dengan 400 gigawatt berasal dari Solar PV.

Kendati demikian, pemanfaatan Solar PV di Indonesia masih menemui sejumlah hambatan, salah satunya dari sisi ketersediaan lahan. Dengan teknologi yang dimiliki Indonesia saat ini, lahan seluas 1 hektar baru bisa digunakan untuk menghasilkan 1 megawatt energi dari Solar PV. “Cukup besar lahan yang dibutuhkan, sehingga pemerintah juga mengelola solar atap,” tambahnya. Sementara untuk solar atap atau PLTS atap sendiri memiliki potensi sebesar 32,5 gigawatt. Hingga separuh awal tahun 2023, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 100 megawatt dari potensi yang dimiliki solar atap. Berdasarkan roadmap pemerintah, ditargetkan pemanfaatan energi dari solar atap sebesar 900 megawatt pada tahun 2023 dan 3,6 gigawatt pada 2025. “Kalau sekarang baru 100-an, dalam enam bulan ini kita butuh 800 megawatt. Ini yang kita harapkan,” tutupnya.

Search