Permintaan global terhadap logam timah terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Peningkatan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi di berbagai negara. Data OEC World menyebutkan, Indonesia berkontribusi terhadap 34 persen nilai ekspor logam timah dunia pada 2020. Nilainya mencapai USD 1,29 miliar atau Rp 19,22 triliun. Salah satu produk timah yang banyak digunakan di industri elektronik adalah timah solder atau alloy. Hingga saat ini tidak ada pengganti langsung yang secara universal menggantikannya karena memiliki karakteristik yang unik.
Ketua Asosisasi Solder Indonesia (ASI) Lay Rusli juga mengatakan, hingga saat ini solder masih populer karena bebas timbal dan material logam mayoritas di dalamnya adalah timah. “Untuk solder alloy belum bisa digantikan logam lainnya,” kata Lay Rusli. “Semua barang elektronik dirakit menggunakan solder, tidak ada barang elektronik tanpa solder. Otomotif saat ini mengarah EV, pemakaian timah solder untuk part semakin banyak.”
Selaras dengan hal itu, Ketua Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI) Ismiryadi mengatakan, logam lain tidak dapat menggantikan logam timah terutama untuk solder di industri elektronik. Logam timah yang memiliki konduktivitas listrik baik membuatnya cocok digunakan untuk menghubungkan komponen pada printed circuit board (PCB). Selain untuk elektronik, banyak kebutuhan sehari-hari yang bergantung pada timah, seperti peralatan rumah tangga, perhiasan, kaca, kimia, dan pipa bebas timbal yang dirancang khusus untuk sistem pipa air minum karena lebih sehat. “Penggunaan kandungan timah juga banyak digunakan untuk pembungkus makanan, kaleng makanan,” katanya. Indonesia adalah produsen timah terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Indonesia memiliki cadangan timah yang signifikan dan memiliki peran penting dalam pasar global timah.