Produsen makanan dan minuman tengah merasakan pahitnya harga gula rafinasi. Maklum, harga gula rafinasi naik dan menambah beban pebisnis. Gula rafinasi adalah gula yang biasa digunakan sebagai bahan baku produksi berbagai industri, termasuk makanan dan minuman. Gula ini memiliki tingkat kemurnian yang tinggi lewat proses pengolahan raw sugar.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. t Lukman mengatakan, harga gula rafinasi telah melonjak signifikan dari tahun lalu yang berkisar US$ lo-US$ 19 sen per pound, kini menjadi sekitar US$ 25-1 !S$ 29 sen per pound. Tiba di pasar domestik, harga gula rafinasi yang mayoritas impor ini sudah 4 menyentuh di atas Rp 10.000 per kilogram (kg). Penyebab lonjakan harga i gula rafinasi cukup bervariasi. Salah satunya adalah gelombang panas ekstrim yang melanda sejumlah kawasan produsen gula rafinasi seperti India dan Thailand, sehingga membuat panen tebu di sana terancam gagal. Selain itu, negara produsen gula rafinasi lainnya, yaitu Brazil sedang menerapkan kebijakan pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Ini membuat sebagian hasil panen tebu di Brazil disalurkan untuk memenuhi kebutuhan energi, alih-alih untuk memproduksi gula. Dengan sederet masalah tadi, belum ada kepastian sampai kapan tren kenaikan harga gula rafinasi berakhir. “Kemungkinan kenaikan harga gula rafinasi masih akan berlangsung lama,” ujar Adhi, akhir pekan lalu.