PT Pertamina (Persero) memastikan bahwa bahan bakar minyak (BBM) campuran dari Pertamax dengan nabati etanol, yakni Bioetanol, diperuntukkan ke kendaraan bermotor. Menariknya, dikatakan Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, bahan bakar tersebut tidak akan menggantikan produk BBM yang sudah berada di pasaran. Sehingga masyarakat yang biasa menggunakan Pertalite atau Pertamax tidak perlu khawatir bakal dihilangkan atau disubsitusi oleh perseroan. Pemerintah menetapkan Pertalite sebagai jenis BBM khusus penugasan yang dijual dengan harga Rp7.650 per liter dan Biosolar Rp5.510 per liter, sementara jenis Pertamax harganya disesuaikan untuk menjaga daya beli masyarakat yakni menjadi Rp 12.500 per liter dimana Pertamina masih menanggung selisih Rp3.500 dari harga keekonomiannya sebesar Rp16.000 per liter di tengah kenaikan harga minyak dunia.
“Bioetanol itu nanti di atas Pertamax dan di bawah Pertamax Turbo,” ucap Irto. Melalui terobosan ini, maka PT Pertamina akan mengedarkan dua BBM campuran dari bahan nabati, setelah sebelumnya sudah mendistribusikan Biodiesel 35 persen (B35) untuk kendaraan diesel. “Jadi bahan bakar nabati ada dua, Biodiesel untuk solar dan untuk gasoline-nya, ada Bioetanol,” ujar dia. Adapun mengenai penyaluran Bioetanol, bakal memulai aktivitas penjualan di Juli 2023 mendatang. Di mana, wilayah Surabaya yang kebagian pertama kali. Bioetanol sendiri, merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang dapat diproduksi dari tumbuhan melalui proses fermentasi. Etanol sendiri dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum, salah satunya tebu. Sementara Biodiesel ialah bahan bakar solar hasil campuran bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Langkah tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk transisi energi guna mewujudkan kemandirian energi Indonesia, di samping menurunkan karbon emisi. “Ini masih progress. Lebih detil nanti saat launching kita akan sampaikan,” ucap Irto.