Harga minyak mentah dunia turun tipis pada akhir perdagangan Selasa (16/5/2023) waktu New York atau Rabu pagi waktu Indonesia barat (WIB), berbalik dari penutupan perdagangan hari sebelumnya yang naik lebih dari 1 persen. Pelemahan harga minyak dunia itu dipicu data ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan, mengimbangi perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) tekait permintaan global yang lebih tinggi. Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 32 sen AS menjadi sebesar 74,91 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 25 sen AS menjadi ke level 70,86 dollar AS per barrel.
Data dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan bahwa output industri dan pertumbuhan penjualan ritel pada April 2023 berada di bawah perkiraan. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut, kehilangan momentum pemulihan ekonomi pada awal kuartal kedua tahun ini. Kendati begitu, kenaikan 18,9 persen secara tahunan (yoy) pada throughput kilang minyak China di April 2023 ke rekor tertinggi kedua, telah membantu mempertahankan harga minyak mentah untuk tidak jatuh lebih dalam. “Ada banyak kekhawatiran tentang data pada industri China, tetapi jika melihat jumlah permintaan aktual atau kilang yang berjalan, mereka hampir memecahkan rekor,” kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group. Menurut data Refinitiv Oil Research, dengan kondisi volume kilang minyak meningkat guna memenuhi stok jelang musim perjalanan musim panas di belahan bumi utara, impor minyak mentah oleh China pada Mei 2023 bergerak menuju 11 juta barel per hari, lebih tinggi dari April 2023 yang sebesar 10,67 juta barrel per hari. Pasokan minyak China di penyulingan pun diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,5 persen (month to month) pada Juni 2023 mendatang, berdasarkan data yang dikumpulkan dari Wood Mackenzie.