Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan risiko gagal bayar utang pemerintah Amerika Serikat (AS) sejauh ini belum berdampak pada ekonomi Indonesia, khususnya pada surat berharga negara (SBN). Menurutnya, SBN Indonesia masih memiliki daya tarik saat ini. “Sampai hari ini, perkembangan itu tidak ada pengaruhnya ke perekonomian kita, terutama pasar belum memberikan sinyal terhadap kemungkinan dinamika politik itu. AS bisa bayar kalau debt ceiling dibuka, tapi ada dinamika politik untuk membuka debt ceiling,” ujar Sri Mulyani. Ia menjelaskan SBN dinilai masih menarik oleh investor. Hal itu setidaknya terlihat dari imbal hasil (yield) SBN untuk tenor sepuluh tahun yang menurun 50 basis poin sejak awal tahun (year to date). “Untuk kinerja SBN justru terjadi capital inflow karena dari sekian banyak negara, Indonesia mungkin termasuk yang memiliki kinerja yang baik,” katanya.