Inflasi komponen inti (core inflation) secara tahunan melandai pada bulan April 2023. BPS mencatat, inflasi komponen inti pada April sebesar 2,83% secara tahunan, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,94% secara tahunan. Meski melandai, Kepala BPS Margo Yuwono menyebut inflasi inti memberi sumbangan yang cukup signifikan terhadap inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK). “Komponen inti secara tahunan memberi andil yang cukup signifikan. Andilnya 1,84% terhadap inflasi umum yang sebesar 4,33%,” tutur Margo dalam konferensi pers, Selasa (2/5). Komoditas yang dominan memberi andil inflasi, di antaranya, adalah tarif kontrak rumah, sewa rumah, biaya perguruan tinggi, upah asisten rumah tangga, emas perhiasan, serta nasi dengan lauk. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebut, inflasi inti yang melandai menunjukkan dampak rambatan dari kenaikan BBM bersubsidi mulai menghilang. “Dampak rambatan kenaikan harga BBM pada tahun lalu rupanya menghilang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya,” kata Faisal.
Selain dampak rambatan yang hilang lebih cepat, Faisal juga melihat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat. Pertumbuhan uang beredar pun ternormalisasi. Namun, Faisal menekankan bahwa melandainya inflasi inti bukan berarti ada pelemahan permintaan masyarakat. Ya, inflasi inti merupakan inflasi fundamental. Ini bisa menjadi salah satu tolak ukur permintaan masyarakat. Bila menilik inflasi dari basis bulanan, inflasi inti menguat dari 0,16% di Maret 2023 menjadi 0,25% pada April 2023. “Kondisi ini menunjukkan kalau permintaan masyarakat atau daya beli masyarakat masih resilien,” tandas Faisal.