Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Ahad (30/4/2023), bahwa pasukann intelijen Turki membunuh pemimpin ISIS Abu Hussein al-Qurashi di Suriah. Organisasi intelijen telah mengejar Qurashi sejak lama. Sumber lokal dan keamanan Suriah mengatakan, serangan itu terjadi di kota Jandaris di Suriah utara. Wilayah ini dikendalikan oleh kelompok pemberontak yang didukung Turki dan merupakan salah satu yang paling parah terkena dampak gempa 6 Februari yang melanda Turki dan Suriah. Seorang warga mengatakan, bentrokan dimulai di tepi Jandaris semalam dari Sabtu (29/4/2023) hingga Ahad. Peristiwa itu berlangsung sekitar satu jam sebelum warga mendengar ledakan besar. Daerah itu kemudian dikepung oleh pasukan keamanan untuk mencegah siapa pun mendekati daerah itu.
ISIS mengambil alih sebagian besar Irak dan Suriah pada 2014 dan pemimpinnya saat itu Abu Bakr al-Baghdadi mendeklarasikan kekhalifahan Islam di seluruh wilayah yang menampung jutaan orang. Tapi ISIS kehilangan cengkeramannya di wilayah itu setelah turunnya pasukan yang didukung Amerika Serikat (AS) di Suriah dan Irak, serta pasukan Suriah yang didukung oleh Iran, Rusia, dan berbagai paramiliter. Ribuan militan yang tersisa dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar bersembunyi di pedalaman terpencil kedua negara. Koalisi pimpinan AS bersama aliansi pimpinan Kurdi yang dikenal sebagai Syrian Democratic Forces (SDF) masih melakukan penggerebekan terhadap pejabat ISIS di Suriah. Dalam beberapa kasus, tokoh senior ISIS menjadi sasaran saat bersembunyi di daerah di mana Turki memiliki pengaruh besar.