Jepang kembali mengumumkan rencana pengembangan rudal jarak jauh di tengah meningkatnya ketegangan dengan China, Selasa (11/4). Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan Tokyo telah menandatangani kontrak dengan Mitsubishi Heavy Industries (MHI) untuk mengembangkan dan memproduksi massal rudal jarak jauh yang dimulai tahun ini hingga 2027. Rencana pembangunan itu didasarkan pada Strategi Keamanan Nasional baru yang diumumkan Jepang pada Desember guna mengantisipasi ancaman China, Korea Utara, dan Rusia.
Strategi baru itu termasuk mengembangkan kemampuan serangan pre-emptive, sebuah terobosan tajam dari komitmen pascaperang Jepang untuk membatasi militernya hanya pada pertahanan negara. Kementerian menyatakan produksi massal rudal-rudal itu bakal dimulai tahun ini. Perdana Menteri Fumio Kishida pada Desember yang menyatakan bahwa dia berencana meningkatkan pengeluaran militer dan memungkinkan Jepang punya “kemampuan serangan balik”. Kemampuan itu guna menyerang langsung wilayah negara lain jika terjadi keadaan darurat dan dalam keadaan tertentu.
Kishida menginstruksikan menteri pertahanan dan keuangannya untuk mendapatkan dana guna meningkatkan anggaran pertahanan Jepang menjadi dua persen dari PDB saat ini pada 2027 mendatang. Bersamaan dengan pengembangan rudal, Kishida juga mengatakan bahwa negaranya berencana membeli sebanyak 400 rudal jelajah Tomahawk dari Amerika Serikat. Tomahawk mampu menjangkau target sejauh 1.600 kilometer.