Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Ernesto Maraden Sitorus memprediksi masa depan mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum tak akan jauh dari dunia politik. Fernando menduga Anas bisa memainkan gaya “politik teraniaya” dalam beberapa waktu ke depan. Pada saat ini, Anas mengeklaim masih mempertimbangkan kapan bakal resmi terjun ke dunia politik. Fernando menyebut, kubu Anas bisa memainkan narasi politik teraniaya atau seolah jadi korban demi meraih simpati publik.
Fernando meramalkan strategi politik teraniaya masih bisa digunakan untuk Pemilu 2024. Cara ini menurutnya bisa mendongkrak elektabilitas Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang lekat dengan Anas. PKN sudah terbentuk dan bisa mengikuti pemilu pada tahun depan. Walau pun Anas terganjal hukuman pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik selama lima tahun terhitung sejak selesai menjalani pidana pokok, setidaknya Anas tetap bisa menjadi pengurus atau simpatisan PKN.
Diketahui, strategi politik teraniaya pernah digunakan SBY, ketika menjadi Menteri di kabinet pimpinan Presiden Megawati. Kubu SBY “membangun” narasi keinginannya menjadi Presiden nampak terhambat oleh Megawati. Narasi yang beredar itu membuat SBY sebagai sosok yang perlu “dikasihani” karena teraniaya oleh “bosnya” sendiri. Cara itu akhirnya sukses menaikkan elektabilitas SBY hingga duduk di tahta Presiden RI dua kali berturut-turut. Padahal SBY maju sebagai Presiden dari Partai Demokrat yang baru dibentuk saat itu. Diduga taktik semacam itu menuai reaksi positif karena mayoritas masyarakat merasa hidupnya teraniaya.