Pemerintah tengah menjajaki kerja sama baru dengan sejumlah mitra potensial untuk menggantikan Air Products & Chemical Inc (APCI) yang belakangan mundur dari proyek gasifikasi batu bara di dalam negeri. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah belakangan intensif untuk melakukan penjajakan dengan sejumlah investor potensial tersebut menyusul mundurnya perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat tersebut. Ihwal mundurnya APCI dari rencana investasi awal, dia menerangkan, disebabkan karena masih terdapat sejumlah persoalan teknis yang perlu dibahas lebih lanjut.
Sebelumnya, Kementerian ESDM memastikan Air Products & Chemical Inc (APCI) hengkang dari dua proyek gasifikasi batu bara dalam negeri yang dikembangkan masing-masing oleh PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Kalimantan Timur Prima Coal (KPC). Kepastian itu disampaikan selang dua hari setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar rapat terbatas (Ratas) ihwal proyek gasifikasi batu bara bersama menteri terkait, termasuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia di Istana Presiden, Jakarta, Selasa (7/3/2023). Kendati demikian, Pelaksana Harian Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Muhammad Idris Froyoto Sihite mengatakan sejumlah investor asal China disebutkan tertarik untuk mengisi kekosongan investasi hilir batu bara yang ditinggalkan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
Idris mengatakan sejumlah investor potensial asal China itu tertarik untuk berinvestasi pada sejumlah program hilirisasi batu bara, termasuk batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Berdasarkan catatan Kementerian ESDM terdapat 11 perusahaan tambang yang berkomitmen untuk melakukan hilirisasi batu bara. Enam di antaranya berkomitmen untuk melakukan proyek gasifikasi batu bara dengan produk akhir dimetil eter (DME) dan metanol. Keenam perusahaan itu meliputi PTBA, KPC, PT Kalimantan Timur Nusantara Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Kendilo Coal Indonesia, PT Adaro Indonesia dan PT Berau Coal. Proyek gasifikasi dari enam perusahaan itu ditaksir membutuhkan pasokan batu bara mencapai 19,17 juta ton setiap tahunnya. Sisanya, PT Multi Harapan Utama, PT Kideco Jaya Agung, PT Megah Energi, PT Thriveni dan mengolah produk seperti semi kokas dan briket batu bara. Hanya tiga perusahaan yang disebut terakhir yang sudah berproduksi secara komersial.