Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan penyaluran kredit perbankan pada Januari 2023 turun Rp112,68 triliun dibandingkan dengan Desember 2022. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut kredit perbankan pada Januari 2023 mencapai Rp6.310 triliun atau naik 10,53 persen secara tahunan. Namun, secara bulanan kredit perbankan Januari 2023 turun 1,75 persen.
Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Januari 2023 tercatat tumbuh 8,03 persen year on year (yoy) menjadi Rp7.953,8 triliun, dengan giro sebagai main driver. Namun secara mtm, DPK Januari 2023 minus 2,45 persen atau turun sebesar Rp199,77 triliun. Meski demikian, ia mengatakan likuiditas industri perbankan di awal 2023 masih di atas threshold dengan rasio yang terjaga. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) pada Januari 2023 masing-masing tercatat sebesar 129,64 persen dan 29,13 persen jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Risiko kredit di awal 2023 pun terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,76 persen dan NPL gross sebesar 2,59 persen. Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 pada Januari 2023 terus mencatatkan penurunan menjadi Rp435,74 triliun dengan jumlah debitur yang menurun menjadi 2,02 juta nasabah. Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat sebesar 1,51 persen, jauh di bawah threshold 20 persen. Adapun Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan menguat menjadi sebesar 25,93 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menuturkan ini menunjukkan stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) tetap tumbuh kuat. Hal tersebut berkontribusi mempertahankan kinerja perekonomian nasional di tengah masih tingginya ketidakpastian global. Menurutnya, kinerja perekonomian global di awal 2023 secara umum berada di atas ekspektasi, khususnya di AS dan Eropa. Mahendra menyebut pasar tenaga kerja di AS dan Eropa cukup persisten kuat dan indikator sektor riil lainnya bergerak positif. Selain itu, pelonggaran aturan lockdown Covid-19 di China juga meningkatkan optimisme bahwa resesi global dapat dihindari.