Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengungkapkan saat ini pengukuran untuk stunting (kekerdilan) baru mencakup tinggi badan saja. Adapun ciri stunting memang pendek, tapi pendek belum tentu stunting. “Ada pendek, tapi cerdas, jelas bukan stunting,” ujar Hasto, dalam Kick Off Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, di Jakarta, Kamis (16/2). Dia mengatakan, pengukuran stunting juga perlu mencakup kecerdasan. Dia mengatakan, stunting dapat membuat kemampuan seseorang lebih banyak menguasai kemampuan tingkat rendah disertai dengan mudah terserang penyakit. Hasto menambahkan, selain stunting, masalah pembangunan SDM lain yang juga penting adalah Mental Emotional Disorder (MED). MED sendiri merupakan gangguan jiwa ringan bagi orang yang suka hidup di alam sendiri dan berpikir merasa benar sendiri. Dia menyebut, di tahun 2013 MED di Indonesia baru 6,1 persen dan jumlahnya meningkat di tahun 2018 menjadi 8,9 persen. Menurutnya, hal tersebut berdampak juga pada banyaknya kasus perceraian di Indonesia. Pembangunan manusia penting sekali untuk kita pikirkan bersama. Infrastruktur juga penting, manusia super-super penting karena harus mencegah stunting dan kelainan mental emosional.
Guna memperkuat penanganan stunting, BKKBN bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), BRIN, BMKG, Kemensos, KPPPA dana Kemenpan-RB akan menggelar kolaborasi seminar yang dilaksanakan pada Kamis di di Gedung The Tribrata di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Seminar Nasional Pancasila itu mengambil tema “Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga serta Mengantisipasi Bencana”. Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri, mengatakan, masalah stunting sangat mendesak mengingat tingkat IQ atau kecerdasan Indonesia saat ini hanya 78 persen. Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi beban negara di kemudian hari, terlebih Indonesia juga akan menyongsong Indonesia Emas pada 2045.
Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, mengatakan, pihaknya mendorong aktualisasi nilai Pancasila untuk mencegah stunting dan pemerataan fasilitas kesehatan. Hal tersebut butuh gotong royong dari kementerian dan lembaga sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Sehingga semangat dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila terjaga kehadirannya dalam semua bidang pembangunan nasional, terutama bidang-bidang prioritas yang mendorong terwujudnya pembangunan SDM unggul.