Ratusan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menolak pemberian gelar profesor kehormatan kepada individu nonakademik, termasuk pejabat publik. Penolakan ini menyusul kabar UGM akan memberikan gelar kehormatan tersebut kepada sejumlah tokoh. Berdasarkan informasi yang Medcom.id peroleh, pengangkatan profesor itu ada di lingkup keilmuan ekonomi. Sebanyak 70 dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM kemudian menolak rencana itu. Penolakan itu disampaikan melalui sebuah surat tertanggal 22 Desember 2022 yang ditujukan untuk rektor, serta senat akademik kampus tersebut. Selain 70 dosen FEB, ada ratusan dosen dari Fakultas Hukum, Fakultas Biologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Filsafat, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas MIPA, Fakultas Kehutanan, Fakultas Peternakan, Sekolah Vokasi, Fakultas Teknik, hingga Fakultas Pertanian.
Sigit Riyanto salah satu dosen Fakultas Hukum UGM yang namanya tercantum dalam surat penolakan itu, menjelaskan penolakan itu semata sebagai bentuk menjaga muruah dan etika dunia akademik, khususnya perguruan tinggi. Ia menyatakan penolakan itu sebagai sikap rasional.
Dalam keterangan tertulis, UGM menyatakan saat ini tengah melakukan kajian akademik terhadap Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 38 Tahun 2021 tentang Pengangkatan Profesor Kehormatan pada Perguruan Tinggi. “Kajian ini dimaksudkan untuk mendudukkan pemberian profesor kehormatan dengan prudent, sehingga muruah UGM sebagai lembaga pendidikan tinggi tetap terjaga,” tutur Dosen Departemen Hukum Tata Negara UGM, Andi Sandi Antonius selaku Ketua Tim Kajian Regulasi Profesor Kehormatan UGM. Sekretaris Rektor UGM, Wirastuti Widyatmanti menekankan jajarannya menghargai dan menghornati setiap pandangan. Wirastuti mengatakan, hal itulah yang menjadi dasar UGM melakukan kajian terjadap Permendikbudristek tersebut. Hasil akhir dari kajian tersebut akan disampaikan kepada kementerian dan menjadi dasar langkah UGM ke depannya.