Amerika Serikat (AS) telah memperkuat cengkraman militernya di kawasan Indo-Pasifik dengan menggandeng para sekutu untuk melawan pengaruh China. Langkah AS ini menuai kecaman dari Pemerintah China. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan, penguatan militer AS di kawasan dapat meningkatkan ketegangan. Langkah ini juga dapat mempertaruhkan perdamaian dan stabilitas.
Pada Kamis (2/2/2023), Filipina mengizinkan AS untuk memperluas militer mereka di negara Asia Tenggara. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin memimpin upaya untuk memperkuat kemitraan keamanan regional dan memperbarui persenjataan, termasuk penempatan pasukan Amerika dan sekutu di Asia dalam menghadapi kekuatan militer China yang meningkat. Filipina dan AS memiliki Perjanjian Pertahanan Bersama 1951. Austin mengatakan, perjanjian ini berlaku untuk serangan bersenjata di salah satu angkatan bersenjata, kapal publik, atau pesawat di Laut China Selatan.
Austin pada Selasa (31/1/2023) mengatakan kepada Korea Selatan bahwa AS akan mengirim lebih banyak jet tempur dan pembom. Kemudian Washington juga membuat deklarasi keamanan dengan mitranya, Jepang. Dalam deklarasi itu, AS akan mengalihkan penempatan militernya untuk membuat kekuatan tempur yang lebih gesit. Pada 2021, Pemerintah AS juga memutuskan untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir ke Australia. Austin mengatakan, ancaman China terhadap tatanan internasional belum pernah terjadi sebelumnya.