Gerai Ritel Berdarah-darah, Transmart Sepi hingga Giant Gulung Tikar

Sejumlah gerai ritel berdarah-darah karena sepi pengunjung, salah satunya Transmart. Sebagian ritel tersebut bahkan memutuskan tutup permanen. Pada Juli 2021, Giant secara mengejutkan menutup seluruh gerainya di Indonesia. Pendapatan PT Hero Supermarket Tbk terus mengalami kerugian selama dua tahun pandemi. Selain Giant, Matahari Department Store juga sempat menutup 13 gerai saat awal pandemi Covid-19. Namun demikian, Matahari mulai kembali membuka ritelnya setelah pandemi mereda. Terakhir, gerai ritel Transmart tengah menjadi perbincangan hangat di twitter karena sepi pengunjung. Salah satu gerai yang tutup permanen adalah Transmart cabang ITC Kuningan sejak 31 Oktober 2022. Sedangkan gerai Transmart di dalam Blok M Square, Jakarta Selatan masih beroperasi, namun sepi pengunjung.

Pakar Pemasaran dan Perilaku Konsumen dari Universitas Indonesia, Sri Rahayu Hijrah Hati, mengatakan terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan gerai ritel tutup. Faktor tersebut di antaranya adalah ekspansi berlebihan, pandemi, pertumbuhan ekonomi, demografi dan perubahan perlaku konsumen. Sri Rahayu mengatakan, penutupan toko luar jaringan atau luring dipicu oleh pandemi Covid-19. Saat itu, masyarakat masyarakat menjaga jarak dan membatasi kegiatan sehingga terjadi perubahan perilaku konsumen dari belanja luring menjadi daring atau dalam jaringan. “Jadi perubahan cara belanja tersebut sangat disruptif,” ujarnya. Dia mengatakan, data Statista menunjukkan e-commerce di Indonesia tumbuh sebesar 37,4% pada 2020 atau saat awal pandemi. Pertumbuhan itu melambat namun masih tinggi di 2021 yaitu sebesar 29%, sementara 2022 sebesar 22%. “Tahun lalu agak sedikit melambat karena penetrasi tahun 2020 sudah sangat luar biasa,” ujarnya. Dia mengatakan, harga barang di marketplace juga jauh lebih murah dibandingkan ritel luring. Namun, menurut Sri Rahayu, hal itu perlu dipahami karena biaya atau pengeluaran toko luring jauh lebih tinggi. “Toko offline perlu membayar biaya gedung, listrik, karyawan, dan sebagainya,” ujarnya. Selain itu, belanja daring juga relatif lebih mudah karena konsumen dapat memilih varian produk yang jauh lebih banyak dengan harga dan bahkan diskon beraneka ragam. Menurut data Euromonitor, pada tahun 2021 ada sebanyak 1.696 gerai ritel hipermarket dan supermarket di Indonesia. Pada 2021, perusahaan ritel kategori hipermarket dan supermarket di Indonesia yang memiliki gerai terbanyak adalah Super Indo, yakni 180 gerai. Hypermart berada di posisi kedua dengan 100 gerai, diikuti Carrefour 70 gerai, Transmart-Carrefour 60 gerai, Lotte Mart 45 gerai, dan Farmer’s Market 35 gerai.

Search